Cara Mendidik Anak Dalam Islam

Dalam Islam mendidik anak sebetulnya cukup mudah. Betapa banyak dan tidak terhitung jumlah nikmat yang Allah subhanahu wa ta’ala berikan kepada umatnya. Meskipun jumlah jari yang ada dunia dikumpulkan, maka tidak akan mampu dan mencukupi bahkan sebanding dengan apa yang Allah subhanahu wa ta’ala berikan kepada kita. Salah satu nikmat kecil yang Allah subhanahu wa ta’ala berikan kepada manusia adalah nikmat diberinya keturunan atau anak. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam surat Al Kahfi ayat 46:

الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلًا

Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan. (QS. Al Kahfi ayat 46)

Nikmat diberi titipan berupa anak merupakan suatu tanggung jawab serta amanat yang perlu kita ketahui. Anak-anak yang kita urus dan dididik apakah nanti dapat membawa kita ke surga atau bisa menyeret kita ke dalam neraka. Untuk itu kedua orang tua harus semaksimal mungkin untuk menjaga serta mengurus anak-anaknya dengan sebaik-baiknya agar bisa membawa orang tuanya ke surga kelak, sehingga amanat yang Allah subhanahu wa ta’ala berikan bisa dipertanggungjawabkan dengan baik.

Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam:

كُلُّكُمْ رَاعٍ، وَكُلُّكُمْ مَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، وَاْلأَمِيْرُ رَاعٍ، وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ، وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ زَوْجِهَا وَوَلَدِهِ، فَكُلُّكُمْ رَاعٍ، وَكُلُّكُمْ مَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ.

“Kamu sekalian adalah pemimpin, dan kamu sekalian bertanggung jawab atas orang yang dipimpinnya. Seorang Amir (raja) adalah pemimpin, seorang suami pun pemimpin atas keluarganya, dan isteri juga pemimpin bagi rumah suaminya dan anak-anaknya. Kamu sekalian adalah pemimpin dan kamu sekalian akan diminta pertanggungjawabannya atas kepemimpinannya.” [1]

Hadits shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 893, 5188, 5200), Muslim (no. 1829), Ahmad (II/5, 54, 111) dari Ibnu ‘Umar radhi-yallaahu ‘anhuma. Lafazh ini milik al-Bukhari.

Juga sabda beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam,

إِنَّ اللهَ سَائِلٌ كُلَّ رَاعٍ عَمَّا اسْتَرْعَاهُ أَحَفِظَ ذَلِكَ أَمْ ضَيَّعَ؟ حَتَّى يَسْأَلَ الرَّجُلَ عَنْ أَهْلِ بَيْتِهِ.

“Sesungguhnya Allah akan bertanya kepada setiap pemimpin tentang apa yang dipimpinnya. Apakah ia pelihara ataukah ia sia-siakan, hingga seseorang ditanya tentang keluarganya.” [2]

Hadits shahih: Diriwayatkan oleh an-Nasa-i dalam ‘Isyratun Nisaa’ (no. 292) dan Ibnu Hibban (no. 1562) dari Shahabat Anas bin Malik radhiyallaahu ‘anhu. Al-Hafizh Ibnu Hajar menshahihkan hadits ini dalam Fat-hul Baari (XIII/113), lihat Silsilah ash-Shahiihah (no. 1636).

referensi : almanhaj

Pesan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam Mendidik Anak

Untuk menghadapi kehidupan dunia dan akhirat orang tua harus membekali anaknya dari segi rohani serta jasmani agar dapat bergaul di masyarakat dengan baik. Dan juga orang tua membekali serta memperhatikan anaknya untuk kehidupan masa depannya. Anak merupakan suatu harapan di masa depan keluarga. Untuk itu orang tua sebaiknya memberikan pendidikan agama dengan bertahap sehingga anak-anak tersebut bisa menjadi tumpuan serta harapan umat Islam kelak.

Untuk itu ada beberapa cara untuk mendidik anak dalam Islam, diantaranya adalah :

1. Akidah

Hal pertama yang harus dilakukan orangtua untuk mendidik anaknya adalah mengajarkan aqidah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada anak pamannya yaitu Abdullah bin ‘Abbas memberikan wasiat berupa aqidah Islam. Dengan membekali anak akidah agar anak tersebut yakin bahwasanya Allah subhanahu wa ta’ala merupakan pencipta alam semesta, dan mengenalkan bagaimana cara mencintai Allah subhanahu wa ta’ala, dan mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mana beliau merupakan suri teladan yang baik yang wajib ikuti umat Islam. Orang tua tidak lupa untuk mengajarkan tauhid, yaitu bagaimana mentauhidkan Allah, dan jauhkan serta melarang anak dari berbuat syirik. Sebagaimanan nasihat Luqman kepada anaknya,

وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ ۖ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika ia memberi pelajaran kepadanya, ‘Wahai anakku! Janganlah engkau memperskutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar.’” [Luqman: 13]

2. Diperdengarkan kalimat-kalimat yang baik seperti bacaan Al Qur’an

Maka orang tua harus mengajarkan kalimat-kalimat yang baik seperti bacaan Al Qur’an, dengan sering mendengar bacaan Al Qur’an, maka anak akan terbiasa serta secara tidak langsung akan mencontoh yang dilakukan oleh para sahabat generasi tabiin yang mana mereka sudah hafal al-qur’an pada usia masih kecil.

3. Mengajarkan shalat

Hal berikutnya yang harus diperhatikan oleh orang tua untuk mendidik anaknya adalah dengan cara mengajarkan shalat. Shalat merupakan tiang agama, apabila shalatnya rusak maka agamanya juga rusak. Karena yang pertama kali dihisab oleh Allah subhanahu wa ta’ala adalah shalatnya. Untuk itu selayaknya orang tua mengajarkan bagaimana tata cara untuk melaksanakan shalat. Karena anak adalah cermin dari orang tuanya untuk itu orang tua harus senantiasa memberikan contoh sepertinya shalat diawal waktu dengan berjamaah di masjid atau menanyakan kepada anaknya apakah anaknya sudah menunaikan shalat atau belum.

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مُـرُوْا أَوْلاَدَكُمْ بِالصَّـلاَةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِيْنَ، وَاضْرِبُوْهُمْ عَلَيْهَا، وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ، وَفَرِّقُوْا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ.

“Suruhlah anak kalian shalat ketika berumur 7 tahun, dan kalau sudah berusia 10 tahun meninggal-kan shalat, maka pukullah ia. Dan pisahkanlah tempat tidurnya (antara anak laki-laki dan anak wanita).” [3]

Hadits hasan: Diriwayatkan oleh Abu Dawud (no. 495), Ahmad (II/180, 187) dengan sanad hasan, dari ‘Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya radhiyallaahu ‘anhum.

referensi : almanhaj

Ketika anaknya sudah berusia 10 tahun maka hendaknya ayahnya mengajak untuk menaikkan shalat dengan jamaah di masjid. Merupakan suatu pendidikan yang sangat bagus untuk melatih kebiasaan anak dalam kenaikan kewajiban tersebut.

4. Mengajari akhlak yang baik

Hal yang selalu dicontoh oleh anak adalah orang tuanya. Untuk itu orang tua harus mempunyai akhlak yang baik. Anak harus diajarkan oleh orang tuanya berakhlak yang baik, seperti: jujur, berkata baik dan benar, sopan, pelaku baik kepada keluarga, saudara, tetangga cara menghormati orang yang lebih tua atau anak muda.

5. Menjaga pergaulan anak

Agar anak menjadi baik maka orang tua tidak sebatas mendidik saja akan tetapi menjaga pergaulan anaknya. Karena pergaulan dapat mempengaruhi sikap dan perbuatan anak. Untuk itu sebaiknya orang tua menjaga pergaulan anak, dengan cara memilih teman atau lingkungan yang baik untuk anaknya. Sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda :

اَلرَّجُلُ عَلَى دِيْنِ خَلِيْلِهِ، فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ

“Seseorang bergantung pada agama temannya. Maka hendaknya ia melihat dengan siapa dia berteman.” [5]

Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Abu Dawud (no. 4833), at-Tirmidzi (no. 2378), Ahmad (II/303, 334) dan al-Hakim (IV/171), dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu.

referensi : almanhaj

6. Berdoa kepada Allah subhanahu wa ta’ala

hal berikutnya yang dapat menjadikan anak berbakti kepada orang tuanya adalah dengan senantiasa doa kepada Allah subhanahu wa ta’ala agar anaknya menjadi shaleh dan shalehah dan punya kepribadian yang baik.

Seperti do’a yang tercantum di dalam Al-Qur-an:

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

“…Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa.” [Al-Furqaan : 74]

Dengan berdoa kepada Allah subhanahu wa ta’ala akan mengabulkan doa tersebut. Karena usaha tanpa doa itu belum lengkap. Untuk itu orang tua harus senantiasa berdoa untuk kebaikan anaknya serta keluarganya.

7. Memberi makanan yang halal

Dengan memberi makanan yang halal maka akan berpengaruh kepada anaknya. Dengan hal tersebut maka orang tua harus mengajarkan serta menjauhi segala makanan yang haram dimakan oleh anak beserta keluarganya, karena hal tersebut tidak dibenarkan dalam agama Islam. Dan tujuannya adalah ketika anak sudah dewasa bisa membedakan mana yang makanan halal dan haram.

8. Mengajarkan doa kepada anak

Hal yang harus dilakukan orang tua untuk mendidik anaknya adalah dengan cara mengajarkan doa kepada anaknya. pendidikan anak harus dilakukan sejak dini agar ketika sudah dewasa maka sudah biasa untuk melakukannya. Sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

عن عمر بن أبي سلمة رضي الله عنه يقول :كنت غلاما في حجر رسول الله صلى الله عليه وسلم وكانت يدي تطيش في الصحفة، فقال لي رسول الله صلى الله عليه وسلم: يا غلام سم الله وكل بيمينك وكل مما يليك فما زالت تلك طعمتي بعد. متفق عليه

“Dari sahabat Umar bin Abi Salamah radhiallahu ‘anhu, ia mengisahkan: Dahulu ketika aku masih kecil dan menjadi anak tiri Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam, dan (bila sedang makan) tanganku (aku) julurkan ke segala sisi piring, maka Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, ‘Hai nak, bacalah bismillah, dan makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah dari sisi yang terdekat darimu.’ Maka semenjak itu, itulah etikaku ketika aku makan.” (Muttafaqun ‘alaih)

referensi : konsultasisyariah

Dari hadits diatas menjelaskan bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendidik dan mengajarkan Abu Salamah ketika kecil untuk baca doa sebelum makan serta tata cara makan yang benar. Maka sepatutnya orang tua mencontoh hal tersebut dalam kesehariannya. Untuk orang tua bisa mengajarkan doa ketika mau tidur, masuk kamar mandi, doa bangun tidur dan doa-doa yang lainnya.

9. Mengajarkan membaca Al Qur’an

Untuk menjadikan anak shaleh dan shalehah maka orang tua bisa mendidiknya dengan cara mengajarkan anaknya baca Al Qur’an. Karena Al Qur’an merupakan pedoman hidup setiap Muslim. Untuk itu wajib setiap muslim untuk bisa membaca Al Qur’an. Karena didalamnya terkandung banyak pahala ketika membacanya. Dalam Al-Quran banyak perintah atau larangan sehingga kedepannya anak akan berakhlak seperti Al Qur’an.

10. Mengajarkan kelembutan

Terdapat sejumlah hadits Nabi yang mengajarkan kita untuk menggunakan kelembutan saat berinteraksi dengan orang lain, seperti berikut:

عن عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا زَوْج النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ قال رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الرِّفْقَ فِي الأَمْرِ كُلِّهِ رواه البخاري6024

“Dari ‘Aisyah, istri Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, semoga Allah meridhai beliau, berkata: Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah mencintai kelembutan dalam segala hal” (Diriwayatkan oleh Al-Bukhari, 6024).

وروى مسلم (2592) عَنْ جَرِيرٍ ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ( مَنْ يُحْرَمِ الرِّفْقَ ، يُحْرَمِ الْخَيْرَ

“Muslim (2592) meriwayatkan dari Jarir bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Barangsiapa yang terhalangi dari kelembutan, maka dia akan terhalangi dari kebaikan.’”

وعَنْ عَائِشَةَ ، زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الرِّفْقَ لاَ يَكُونُ فِي شيء إِلاَّ زَانَهُ ، وَلاَ يُنْزَعُ مِنْ شيء إِلاَّ شَانَهُ ) رواه مسلم (2594

“Dari ‘Aisyah, istri Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, semoga Allah meridhai beliau, berkata, ‘Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya kelembutan, tidaklah berada pada sesuatu kecuali pasti menghiasinya, dan tidaklah kelembutan diambil dari sesuatu, pasti merusaknya.’”

وعَنْ عَائِشَةَ : أَنَّهَا قَالَتْ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَرَادَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ بِأَهْلِ بَيْتٍ خَيْرًاأَدْخَلَ عَلَيْهِمُ الرِّفْقَ. رواه الإمام أحمد في مسنده (24427) ، وصححه الألباني في ” صحيح الجامع الصغير ” رقم (303)

“Dari ‘Aisyah semoga Allah meridhai beliau bahwa dia berkata: Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Jika Allah ‘azza wa jalla menginginkan kebaikan bagi anggota rumah tangga, Dia akan memasukkan kelembutan kepada mereka’ (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad-nya (24427); yang dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih al-Jaami ‘as-Shaghir (303)).

referensi : muslimah.or.id

Dari hadits-hadits diatas menjelaskan bahwasannya Rasulullah shallallah ‘alahi wa sallam mencotohkan kelembutan. Karena dengan kelembutan maka akan banyak kebaikan yang didapat. Untuk itu dalam mendidik anak, orang tua harus bersikap lemah lembut kepada anaknya. karena kebiasaan anak-anak adalah mereka mencintai orang yang lemah lembut kepada mereka. Untuk itu orang tua semaksimal mungkin menghindarkan teriak atau marah kepada anaknya. Dan apabila orang tua keras terhadap anak-anaknya, maka mereka akan menjauh dan tidak taat pada orang tuanya.

11. Memberikan contoh yang baik

Orang tua ketika mendidik anak harus memiliki akhlak yang baik. Dengan memberi contoh akhlak yang baik maka anak akan mencontohnya juga.

Salah seorang ulama mengatakan kepada guru anak-anaknya, “Hal pertama yang harus Anda lakukan untuk mendidik keshalihan anak-anak saya adalah membuat diri Anda sendiri menjadi shalih. Karena kesalahan mereka adalah bentuk mencontoh dari kesalahan Anda; Hanya perbuatan baik saja yang harus Anda lakukan dan tinggalkanlah perbuatan yang jelek di hadapan mereka” (Tariikh Dimasyq, 38 / 271-272).

referensi : muslimah.or.id

12. Menanamkan rasa malu pada anak

Rasa malu di sini adalah rasa malu untuk melakukan perbuatan yang dibenci. Apabila orang tua menanamkan rasa malu pada anak, maka anak akan malu untuk berbuat sesuatu yang Allah subhanahu wa ta’ala benci.

Imam Ibnul Qayyim rahimahullâh berkata, “Malu berasal dari kata hayaah (hidup), dan ada yang berpendapat bahwa malu berasal dari kata al-hayaa (hujan), tetapi makna ini tidak masyhûr. Hidup dan matinya hati seseorang sangat mempengaruhi sifat malu orang tersebut. Begitu pula dengan hilangnya rasa malu, dipengaruhi oleh kadar kematian hati dan ruh seseorang. Sehingga setiap kali hati hidup, pada saat itu pula rasa malu menjadi lebih sempurna.

Al-Junaid rahimahullâh berkata, “Rasa malu yaitu melihat kenikmatan dan keteledoran sehingga menimbulkan suatu kondisi yang disebut dengan malu. Hakikat malu ialah sikap yang memotivasi untuk meninggalkan keburukan dan mencegah sikap menyia-nyiakan hak pemiliknya.’”[2]

Madârijus Sâlikîn (II/270). Lihat juga Fathul Bâri (X/522) tentang definisi malu.

Kesimpulan definisi di atas ialah bahwa malu adalah akhlak (perangai) yang mendorong seseorang untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan yang buruk dan tercela, sehingga mampu menghalangi seseorang dari melakukan dosa dan maksiat serta mencegah sikap melalaikan hak orang lain.[3]

Lihat al-Haya’ fî Dhau-il Qur-ânil Karîm wal Ahâdîts ash-Shahîhah (hal. 9).

referensi : almanhaj

13. Berdiskusi serta memberi perhatian kepada anak

Untuk mendidik anak tidak hanya sebatas pendidikannya saja akan tetapi orang tua bisa memberikan perhatian kepada anaknya. Perhatian kepada anak tidak sekedar memberi nafkah atau kasih sayang, akan tetapi bisa juga dengan cara berdiskusi atau menyempatkan waktu untuk duduk bersama dengan anak walaupun hanya sebentar. Bisa juga dilakukan dengan bencengkrama dan bertanya kepada anak tentang apa yang dilakukan.

14. Melibatkan anak dalam kegiatan sosial

Salah satu cara untuk memiliki anak adalah melibatkan anak tersebut dalam kegiatan sosial. Dengan kegiatan sosial itu, anak akan mempunyai sifat perhatian dan empati kepada orang yang di sekitar. Sehingga anak tersebut akan belajar bagaimana cara menghargai orang lain sekitarnya.

15. Mengajarkan kasih sayang kepada anak

Orang tua harus mempunyai rasa mengasihi dan menyayangi anak, dengan sifat tersebut maka anak itu akan mencontoh orang tuanya. Dan anak tersebut akan mengasihi dan menyayangi orang tuanya dan orang sekitar.

16. Mengucapkan terima kasih

Untuk mendidik anak menjadi baik maka orang tua harus melakukan kata mengucapkan “terima kasih” kepada anak, istri, atau keluarga ketika diberi sesuatu kebaikan. Dan apabila anak sudah besar, maka dia juga akan melakukan hal tersebut sehingga dia akan bersyukur dengan apa-apa yang Allah subhanahu wa ta’ala berikan kepadanya sekecil apapun.

17. Meminta maaf ketika salah

Orang tua ketika mempunyai salah maka dia harus minta maaf. Dengan hal tersebut bisa menjadi pendidikan buat anaknya ketika dia melalakukan perbuatan yang salah. Ketika salah anak tidak akan menutup-nutupinya kesalahanya.

18. Mengajarkan kejujuran

Sesungguhnya kejujuran itu sederhana, namun sulit untuk dilakukan. Oleh karena itu peran orang tua harus mengajarkan anaknya tentang kejujuran. Dan orang tua juga harus memberikan curahan perhatian sudah melakukan upaya perbaikan kebiasaan pembohong dengan cara berkata jujur. Bagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya kejujuran itu membawa kepada kebaikan, dan kebaikan menghantarkan ke dalam surga. Tidaklah seseorang berbuat jujur hingga Allah mencatatnya sebagai orang yang selalu jujur. Dan berbohong itu membawa kepada kejelekan, dan kejelekan itu menghantarkan ke dalam neraka. Sungguh seseorang terbiasa bohong hingga Allah mencatatnya sebagai seorang pembohong.” (HR. Bukhari No. 6094, Muslim No. 2607)

referensi : muslimah.or.id